RSS

Ku Ingin Selamanya

Aku termenung sejenak di hadapan foto seorang gadis yang sangat aku cintai. Vanya. Wajah cantik dan manisnya membawaku menerawang ke kejadian masa lalu saat aku begitu mencintainya.

***

Siang itu saat bel pulang berbunyi, aku menghampiri Vanya yang baru sekolah di SMA-ku, dia kan jadi siswa baru angkatan 2009.

"Hai, kamu Vanya ya?!" kataku memberanikan diri.

"Iya, kakak siapa ya?" tanyanya heran

"O ya, kenalin aku Dio. By the way, kamu pulang sendirian?"

Vanya mengangguk.

"Pulang bareng aku yuk!"

Vanya gak menjawab namun aku menarik tangannya menaiki motor sport merah-ku. Aku begitu senang bisa berduaan dengannya. Mulai saat itu juga aku rutin buat mengantarkan pulang ke rumahnya. Mungkin, gara-gara itu juga aku dan keluarganya begitu dekat. Maklumlah, Vanya tinggal sama adiknya yang berumur 7 tahun dan ibunya yang berumur sekitar 40 tahun. Mungkin, karena akulah laki-laki yan mampu membuat keluarga Vanya bahagia karena papa Vanya udah lama ninggalin keluarga Vanya dan memilih untuk menikah lagi. Bahkan, Vanya mendengar kabar kalau papa-nya tersebut dua bulan yang lalu meninggal karena kanker otak. Mengapa seperti almarhum papa ku ya? Dulu mama Vanya juga pernah bilang kalo Vanya ternyata punya kakak laki-laki yang tinggal bersama papanya.

Singkat cerita, aku makin dekat dengan Vanya. Bahkan, saat Vanya lulus SMA aku mengajaknya bertunangan. Aku sungguh beruntung memiliki Mama tiri yang baik dan menyekolahkan aku hingga aku sekarang bekerja di perusahaan terkenal di Indonesia dan merestui hubunganku dengan Vanya. Tepat tanggal, 1 maret 2009, cincin emas melingkar di jariku dan jari Vanya.

Tapi, entahlah apa yang ada dipikiran Vanya. Genap 1 bulan, 1 minggu, 1 hari, 1 jam, 1 menit, 1 detik dan 1 sekon. Vanya meminta putus denganku. Aku benar-benar tidak mengerti dengan keputusan Vanya yang begitu mendadak.

"Sayang, kamu kenapa putusin aku? Apa salah aku?"

"Yo, please leave me,"

"Why?"

"Do you want to know my answer?"

"Iya sayang,"

"Sure?"

Aku mengangguk sambil menatap wajahnya yang begitu putus asa. Entahlah aku tak tahu apa yang ada dipikiran Vanya. Dia udah bilang kalo gak bakalan ninggalin aku. Beribu pertanyaan menyusupi otakku. Apakah ada laki-laki lain di hati Vanya? Atau, apa dia sudah jenuh denganku? Atau apa?

"Aku . . . Aku . . . Aku . . . " kata Vanya tertahan sambil mengeluarkan air matanya.
Aku gak tega, aku memeluknya erat. Erat banget.

"Ada apa sayang?" tanyaku lembut sambil mengelus rambutnya.

"Aku menderita kanker otak, dan hidup aku udah gak lama lagi. Aku ingin kamu mencari cewek lain," pintanya dengan suara serak.

Aku kaget. KANKER OTAK???!!!

Aku melepaskan pelukanku dan menyentuh pipinya yang chubby. " Aku akan tetap setia disampingmu walau kami sakit," kataku.

"Bukan cuma itu Yo! Bukan cuma itu alasanku putus denganmu,"

"Lalu apa sayang?"

Vanya gak menjawab. Dia membuka tas tangannya dan mengambil sebuah foto yang udah robek dan usang. Terlihat di foto tersebut seorang lelaki menggendong anaknya yang berumur 2 tahun dan seorang wanita yang juga menggendong bayi yang berumur sekitar 3 bulan. Ya ampun itu kan . . . .

"Kamu tahu ini siapa?" tanya Vanya.

Aku kaku dihadapan Vanya. Darahku terasa beku dan jantungku terasa lepas dari rongganya.

"Jawab, kamu tahu kan sayang ini siapa?"

Aku meneteskan air mataku dihadapan wanita yang sangat aku cintai. Aku tidak menyangka mengapa ini semua terjadi sama aku. Tuhan, why do i love her?

"Gak mungkin! Kita gak mungkin bersaudara!"

"Yo, kenapa ini semua terjadi sama kita? Aku gak mau pisah sama kamu, tapi kita gak bisa melanjutkan hubungan ini,"

"Vanya, ku ingin selamanya mencintai kamu,"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Euy, buat yanG udAh buKa bl0g ku jaNGan LUpa k0ment yayaya...