RSS

DiLeMa Cinta ( Based On The Song - Dilema Cinta by Ungu


Pagi yang cerah. Jam digital di tangan gue menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, gue menghentikan mobil di depan sebuah rumah bercat ungu. Gue memencet tombol play di tape mobil gue. Seketika lagu Dilema Cinta by Ungu terdengar syahdu. Gue membunyikan klakson mobil. Tak lama kemudian seorang cewek dengan memakai pakaian SMA keluar rumah sambil menenteng tasnya berjalan, memasuki mobil gue.
"Pagi!" sapa gue sambil menoleh ke cewek manis yang duduk di sebelah gue.
"Pagi!" jawabnya dengan sedikit senyuman yang terpaksa diberikannya untuk gue.
"Elo kenapa? Abis nangis?" tanya gue saat gue melihat matanya lebam.
"Iya. Semalem, ortu gue tengkar lagi, besok pengadilan akan mutusin perceraian ortu gue," jawabnya dengan nada kesal.
Gue menghela nafas, "Yang sabar ya! Gue akan selalu di deket lo, lo gak usah khawatir." kata gue.
"Thanks," jawabnya singkat.
Namanya Marsha. Marsha Putri Napasha. Dia cewek yang cantik, baik dan cute. Gue dengan Marsha sahabatan udah lama banget. Sejak, gue masih kecil hingga sekarang gue tetep temenan sama Marsha. Tapi, gue ngerasain hal yang aneh pada Marsha. Perasaan yang gue rasain ke Marsha, gue... gue... cinta sama Marsha. Gue udah bilang sama Marsha tentang perasaan gue ini tapi, dengan nada malas dia selalu meminta gue untuk gak nyatain cinta gue padanya. Tapi, gue gak bisa ngilangin rasa cinta gue ini ke Marsha.
"Oya, gue heran deh Dir." kata Marsha memulai pembicaraan saat dalam perjalanan ke sekolah.
"Heran?"
"Iya, gue heran sama Leo. Lo tahu gak? Kemarin dia janji bakal ngajak gue dinner tadi malem, tapi semalem dia malah ngebatalin acara dinner-nya. Reseh banget tau gak," jawabnya dengan bibir sedikit manyun.
"Oh... Dia kan orangnya emang gitu Sha. Suka gak menepati janji. Apa lo gak menaruh kecurigaan gitu sama dia?" balas gue.
"Dirga, please deh jangan mulai bikin gue sebel lagi sama lo. Dan, jangan bilang kalo Leo selingkuh. Gue udah bosen tau!" jawabnya seolah tau maksud gue.
Ya, Leo adalah pacar Marsha. Mereka udah jadian sekitar satu tahun. Gue heran sama Marsha, kenapa ya dia lebih milih Leo ketimbang gue? Gue kan setia, baik dan perhatian sama dia. Sedangkan Leo?! Cowok playboy dan junkist yang hampir aja mati karena overdosis. Gue sebenernya gak setuju banget Marsha jadian sama Leo. Gue (bahkan hampir semua orang yang kenal Leo) sudah sering banget ngeliat Leo hang out bareng cewek lain dan gak jarang juga gue ngeliat Leo berduaan masuk losemen, padahal dia masih pacaran sama Marsha. Ngapain coba masuk ke losemen cuman berduaan, kalo gak . . . . Entahlah, gue gak tau apa something special-nya Leo kok Marsha sampe cinta banget sama dia.
"Elo itu jangan mudah percaya sama omongannya orang Dir. Apa yang mereka omongin belum tentu bener, kan?"
"Terserah elo deh Sha. Elo mau percaya ato gak, yang pasti gue bilang hal ini bukan karena omongan orang tapi, gue udah pernah ngeliat dengan mata kepala gue sendiri,"
"Halah... Elo boong kan? Udah ngaku aja, lagian gue gak akan percaya sama siapapun sebelum gue ngeliat dengan mata kepala gue sendiri. Lagian elo kenapa sih sampe segitunya sama Leo?!"
"Terserah elo. Gue gak mau orang yang gue cintai disakitin sama orang yang bikin gue kesel," jawab gue.
"Apa? Orang yang elo cintai?" ulang Marsha.
"Ya, orang yang gue cintai, yaitu elo."

***

Brukk!! Brukk!! Brukk!! Suara bola basket yang gue drible terdengar nyaring. Gue lagi asyik maen basket di lapangan basket saat jam pelajaran Kimia lagi kosong bareng temen-temen gue. Udah hampir satu jam gue asyik berada di bawah terik matahari yang menyengat. Gue berlari menuju Rio yang melambaikan tangannya menyuruh gue menemuinya.
"Ada apa?" tanya gue dengan nafas yang masih naik turun.
"Eh, lo tau gak? Semalem, gue ngeliat Leo masuk losemen sama Tiara, adik kelas." jawabnya dengan nada berbisik.
"Serius lo?"
"Yah, masa gue tega ngeboongin elo sih?"
Emang sih gue rada gak percaya sama Rio. Soalnya dia itu orangnya suka boong dan jail tapi, tampangnya yang serius itu membuat gue yakin dan percaya kalo Rio itu gak bohong sama gue.
"Ya gue coba percaya deh sama lo, trus... trus?" kata gue meminta Rio melanjutkan ceritanya.
"Terus apaan?"
"Ya terus gimana ceritanya elo bisa tagu kalo Leo lagi sama Tiara?"
"Semalem, sepulangnya gue sama Dinda dari nonton gue ngeliat mobil Leo masuk ke losemen. Awalnya gue sama Dinda gak percaya kalo itu mobil Leo tapi, setelah orang yang di dalam mobil keluar tebakan gue bener. Leo."
Gue antusias mendengarkan cerita Leo, "Oh gitu ya. Yo, lo tahu gak gimana caranya biar Marsha percaya kalo Leo selingkuh?" tanya gue meminta masukan dari Rio, sahabat gue yang baik hati dan tidak sombong itu.
"Ya elo mesti ngomong yang sejujurnya dong sama dia,"
"Gue udah pernah ngomong kalo Leo selingkuh tapi, Marsha gak pernah percaya sama gue."
Tak lama kemudian seorang cewek datang menghampiri gue dan Rio.
"Hai, pada ngomongin apaan sih kayaknya serius banget?" katanya sambil membawa teh kotaknya.
"Eh, elo Sha. Mau tahu aja, biasa ngomongin masalah cowok," kata Rio.
"Oh..." kata Marsha disertai anggukan. "Eh, Dir ntar pulang sekolah anterin gue ke toko buku ya, gue mo beli novel," tambah Marsha.
"Oke. Dengan senang hati," jawab gue.

***

Bel pulang sekolah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Gue berada di dalam mobil nungguin Marsha yang lagi asyik ngobrol sama Leo. Jujur gue cemburu banget ngeliat pemandangan ini. Gue iri ngeliat Leo yang tega mencium kening Marsha di hadapan gue, seorang cowok yang begitu mengagumi Marsha.
Waktu berjalan begitu cepat, gue melajukan mobil gue menuju toko buku yang tak jauh dari sekolah gue.
"Dir, gue seneng banget hari ini!" serunya dengan mata berbinar-binar. Bahagia.
"Seneng kenapa?" tanya gue heran.
"Lo tahu gak? Ntar malem gue mo dinner sama Leo, trus dia katanya mo ngasih sureprise gitu sama gue,"
Gue menelan ludah. Sialan!!! Kenapa sih Marsha masih terbujuk dengan rayuannya Leo, cowok yang sangat perfect di mata Marsha, "Heh, Marsha, Marsha. Elo tuh gak tau apa pura-pura gak tau sih? Elo masih mau aja terbujuk rayuan gombalnya Leo. Seharusnya elo sadar Sha, Leo itu gak cinta sama lo,"
"Udah Dir, jangan mulai deh," pintanya pada gue.
"Sha please, gue mohon sama elo. Percaya sama gue! Gue sahabat lo," tegas gue.
"Sahabat? Sahabat macam apa lo yang pengin ngehancurin hubungan gue dengan Leo. Apa itu yang disebut sahabat?" jawab Marsha. Emosi.
"Sha, elo seharusnya percaya sama gue."
"Udah deh. Gue bingung sama lo, kenapa sih elo ngotot banget bilang kalo Leo selingkuh?"
"Karena gue cinta sama lo!"
Marsha terdiam mendengar ucapan gue. Gak tau kenapa gue bisa bilang kalo gue cinta sama Marsha, sahabat gue sendiri. Marsha, sorry if i love you . . .

***

Tiga hari kemudian...


"Namun ku terlanjur mencintai dirimu
Terlambat bagiku pergi darimu
Bagiku terlalu indah perasaan itu tak mudah untukku menjauh darimu
..." HP gue berbunyi dengan lagu Dilema Cinta sebagai ringtone-nya. Gue meraih HP gue yang ada di laci sebelah tempat tidur gue. Terlihat di layar display nama Rio.
"Halo!" sapa gue.
"Dir, elo dimana?" tanya Rio.
"Gue di rumah emangnya kenapa?"
"Dir gue tunggu elo di Rumah Sakit," pintanya.
"Rumah sakit? Emangnya ada apa?" tanya gue heran.
"Udah deh, pokoknya elo mesti nyusul gue ke rumah sakit. Buruan!" pinta Rio lalu menutup telepon.
Jam 8 malem, gue bergegas menuju rumah sakit. Gue sesegera mungkin melajukan mobil gue. Lima belas menit kemudian, mobil Avansa gue memasuki halaman rumah sakit. Gue segera turun dari mobil dan berlari kecil menuju ruang UGD. Ya, Rio menyuruh gue ke ruang UGD. Entahlah siapa yang sakit gue gak tahu. Di depan ruang UGD gue liat Rio dan Dinda sedang duduk di kursi panjang ruang UGD. Dan disana juga terlihat Tante Agustin, mama Marsha sedang mondar-mandir di depan ruang UGD. Ada apa?
"Yo, ada apa lo nyuruh gue kesini?" tanya gue. Penasaran.
"Dir..." kata Rio seolah menahan kata-kata yang akan keluar dari mulutnya.
"Ada apa Yo?" tanya gue lagi.
Rio menggigit bibir bagian bawahnya seolah enggan untuk mengatakan sesuatu pada gue.

***

Jam dua dini hari gue duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang tempat seseorang yang gue sayangi terbaring lemah. Marsha. Gue menatap wajahnya yang pucat dengan kedua mata indahnya yang masih tertutup rapat. Suasana begitu sepi. Beberapa orang yang menunggu Marsha di Rumah Sakit terlihat pulas tidur di sofa di dalam ruangan tempat Marsha dirawat. Suara alat pendeteksi detak jantung kian terdengar nyaring membuktikan bahwa Marsha berjuang untuk tetap hidup. Tuhan... Jangan Kau ambil Marsha dariku.
Gue menggenggam tangan Marsha lalu menciumnya. Air mata gue kembali tumpah untuk kesekian kalinya. Gue teringat kata-kata dokter semalam kalo Marsha... Marsha harus kehilangan kaki kanannya. Ya, Marsha diamputasi karena kecelakaan yang dialaminya. Mobil yang dikendarai Marsha dengan kecepatan tinggi menabrak truk yang sedang parkir di tepi jalan.
"Sayang, bangun. Elo harus tunjukin sama kita semua kalo lo bisa hadir di tengah-tengah kita lagi. Sayang...." kata gue sambil mencium tangan Marsha. Lama.
Tak lama kemudian gue merasakan tangan Marsha bergerak. Syukur. Gue langsung menyambutnya dengan senyuman.
"Marsha, ini gue Dirga," kata gue sambil memandangi wajah Marsha. Matanya sedikit membuka.
"Leo, jangan tinggalin gue," katanya dengan suara yang lemah.
Leo? Kenapa dia menyebut nama Leo? Kenapa bukan Dirga?
"Marsha... Ini gue, Dirga." kata gue pelan.
"Di...rga," kata Marsha lalu menangis.
"Dir, gue dimana?"
"Elo di Rumah sakit Sha,"
"Dirga maafin gue, gue udah gak percaya sama lo,"
"Maksud lo apa?" tanya gue gak ngerti.
"Ternyata... Apa yang elo bilang bener, Dir." jawabnya diiringi air mata yang keluar dari matanya yang indah.
"Yang mana?" tanya gue.
"Gue udah tahu semuanya. Leo emang selingkuh. Gue... gue ngeliat Leo lagi ciuman sama Tiara di rumah Leo. Leo juga bilang sama gue kalo dia... dia udah gak cinta sama gue, Dir,"
Gue memeluk Marsha. "Elo harus ngelupain dia Sha. Dia gak pantas buat lo,"
"Entahlah Dir, gue gak tahu apa yang mesti gue lakuin. Gue gak bisa ngelupain Leo."
"Marsha... Please, tinggalin Leo. Elo pasti ngedapetin kebahagiaan dengan orang lain yang sangat mencintai lo. Sha... asal lo tau, gue akan selalu menunggu hati lo untuk mencintai gue,"
"Dir... Please lupain gue, jangan pernah mencintai gue lagi. Gue gak bisa mencintai lo. Gue gak bisa Dir,"
"Gue juga gak bisa untuk ngelupain elo Sha. Gue udah terlanjur mencintai lo, gue gak bisa menjauh dari lo. Gue akan nyoba cara apapun untuk ngerebut hati lo dan gue akan ngelakuin apapun demi ngebahagiain elo,"
"Dir, please stop to loving me. . ."

~The End~

Seberapa salahkah diriku
Hingga kau sakiti aku begitu menusukku
Inikah caramu membalas aku yang slalu ada saat kau terluka

Seberapa hinanya diriku
Hingga kau ludahi semua yang ku beri untukmu
Tak ada satu pun perasaan yang mampu membuatku
Begitu terluka...

Namun ku terlanjur mencintai dirimu
Terlambat bagiku pergi darimu
Bagiku terlalu indah perasaan itu tak mudah untukku menjauh darimu

Tlah ku coba segala cara
Tuk bahagiakan kamu merebut hatimu
Namun tak semudah yang ku bayangkan
Bila kau tak inginkan ku tuk di sisimu

Tak pernah ku rasakan sebelumnya
Menginginkan dirinya hingga ku tak kuasa
Meyakini hatiku bahwa ku mampu berlalu


Namun ku terlanjur mencintai dirimu
Terlambat bagiku pergi darimu
Bagiku terlalu indah perasaan itu tak mudah untukku menjauh darimu

(Dilema Cinta by Oncy un8u)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ku Ingin Selamanya Bersama Keysa ( Based On The Song - Ku Ingin Selamanya, Ungu)


Jam berbentuk minuman kaleng di atas laci sebelah tempat tidur gue nunjukin pukul setengah tujuh pagi. Sial!!! Hari ini gue telat lagi ke sekolah!!! Entahlah gue punya penyakit apa yang membuat gue susah bangun pagi dan ujung-ujungnya telat masuk sekolah. Padahal gue udah "masang" jam weker agar bisa bangun agak pagian tapi, gak bisa. Emang sih udah dari jaman batu gue gak bisa bangun pagi, apalagi pas weekend hmmm . . . pengennya tidur seharian dengan ditutupi selimut hangat favorit gue. Gue bergegas mandi. Setelah cibang-cibung di kamar mandi, gue langsung memakai seragam putih abu-abu gue. Di depan cermin kamar gue, gue gak bosan-bosannya melihat tampang gue ini, yang kalo orang bule bilang "handsome" he he he . . . . Di tangan kiri gue udah standby gel rambut favorit gue. Gila setelah menata rambutku, gue makin keliatan makin keren aja. Tio Putra Miraldi gitu loch. Sekedar ngasih tau aja, bukannya pamer ato sombong and lebay di sekolah, gue digilai sama cewek-cewek cantik dan menawan. Tapi, gue gak merasa tertarik banget sama mereka. Centilnya itu loh yang bikin gue ilfil. Jujur, gue anti banget sama cewek centil (Lho kok malah curhat sih?!). Balik ke cerita gue. 10 menit kemudian setelah ngerapiin rambut, gue langsung menyambar tas dan bergegas goes to school. * * * Huft, untung aja tadi di jalan gak macet. So, pagi ini gue udah tiba di sekolah 5 menit 8 detik sebelum bel masuk berbunyi. Biasanya sih gue tiba di sekolah 10 menit 9 detik setelah bel masuk berbunyi. Suasana sekolah udah sepi, maklum murid-murid di sekolah gue udah masuk kelas 15 menit 1 detik sebelum bel masuk berbunyi. Setelah memarkirkan motor sport warna ungu metalik, gue berlari kecil menyusuri koridor menuju kelas gue, XI IPA 2. Yeah, lucky banget gue hari ini. Pas gue lagi jalan di koridor, tak dinyana gue ngeliat Keysa Septianda, cewek yang udah 2 minggu gue perhatiin lagi sedikit terburu-buru menyusuri koridor. Cewek manis, cuek, aneh, dan gak banyak omong ini sekelas dengan gue. Keysa orangnya tertutup banget, dia hampir gak punya temen di kelas gara-gara sifatnya itu. Temen-temen sekelas gue, terutama cewek-cewek, pada gak suka sama si Keysa yang katanya sombong banget, jarang ngasih contekan dan cuek banget. Apalagi kalo lagi pas istirahat dia hobi banget ke perpustakaan sendirian, gak gabung sama cewek-cewek lain yang pada asyik ngerumpi di warungnya bu Min. (Lho kok malah nyeritain Keysa?!). Kembali ke koridor . . . Gue berjalan lebih cepat menyejajarkan langkah gue dengan Keysa. Merasa ada seseorang yang mendekatinya Keysa menoleh ke arah gue dan menghentikan langkahnya Keysa menatap gue tajam sambil melipat kedua tangannya di perutnya. Buset!!! Sinis banget deh!!! But, no problem gue suka sama cewek kayak dia. Keysa terus menatap gue. Ganas banget, seperti yang mo ngebunuh orang. Gue jadi gerogi ngadepin cewek satu ini tapi, gue nyoba untuk santai. "Hmmm . . . Hai, selamat pagi!" sapa gue sambil sedikit senyum. Gue harap sih dia senyum sama gue. Tapi apa nyatanya?! ". . ." Keysa gak ngejawab. "Bareng yuk ke kelas, kita kan sekelas!" ajak gue. ". . ." Aaarrgghh!!! Sial nih cewek sombong amat ya, masa gak mo ngomong sedikit aja gitu. Emang bener kata temen-temen kalo Keysa emang sombong banget. Gila masa gue dicuekin gitu sih?! "Ya udah kalo elo gak mo bareng gue, gak papa kok" kata gue akhirnya lalu berlalu ninggalin Keysa. Dasar cewek nyebelin!!!

***

Waktu jam istirahat gue pusing setengah mati soalnya gue mesti ngerjain tugas remidian Kimia yang susah banget gue selesain. Jujur, gue paling gak bisa ngerjain soal Kimia. Entahlah, gak tahu kenapa tiap kali ada pelajaran Kimia, gue bawaannya males banget ngedengerin penjelasannya pak Yusuf yang ngebosenin banget. Udah berlembar-lembar kertas gue abisin buat oret-oretan, ngitung angka-angka "gak jelas" yang ada di lembar soal. Hhuurrkkhh . . . susah amat dah nih soal. Setelah sekian lama gue nyoba ngerjain tuh soal, gue nyerah deh. Saat yang bersamaan, temen-temen yang remidi juga berusaha buat ngerjain soal yang susah banget itu. Hampir semua siswa remidi pas ulangan Kimia tadi tapi . . . tapi . . . . Ya ampun kenapa dari tadi gue gak minta bantuannya dia daripada gue pusing-pusing ngerjain soal gak jelas itu. Gue akui deh kalo dia itu pinter banget, dia menguasai semua mata pelajaran yang ada. Dia itu hampir aja perfect, udah cantik, pinter, terus disukai sama guru-guru tapi sayang, dia sombong banget. Siapa lagi nih cewek kalo bukan K E Y S A.... Gue bergegas dari bangku membawa lembar soal dan beberapa kertas ke perpustakaan sekolah, tempat nongkrong favorit KeysaDi perpustakaan suasananya sepi banget. Yang memasuki perpustakaan siang ini gak lebih dari 10 orang. Setelah mata gue menyapu ruang perpustakaan, gue ngeliat Keysa lagi asyik ngedengerin lagu dari hape-nya dengan menggunakan earset. Keysa mengangguk-angguk menikmati musik yang di dengarnya sambil membaca novel. Gue memberanikan diri buat nyamperin Keysa. Awalnya gugup sih tapi, udahlah demi nilai Kimia gue. "Hai, Key!" sapa gue sambil duduk di hadapannya. Melihat kedatangan gue, Keysa melepas earshet-nya, "Ngapain lo kesini?" tanyanya sinis. "Hmm... Sori gue ganggu elo, gue cuman pengen minta bantuan lo doang kok," "Bantuan apa? Kayaknya serius banget," "Gue mo minta elo bantu gue nyelesain tugas Kimia ini, gue gak bisa ngerjain. Please, elo mau kan bantu gue?" pinta gue setengah merengek. "Kenapa elo minta bantuan gue? Kalo anak-anak yang lain tau elo minta tolong ke gue gimana?" "Maksud lo?" tanya gue yang gak ngerti maksud Keysa. "Bukannya anak-anak sekelas pada gak suka sama gue? Kalo ntar elo dijauhin gimana?" "Gue gak peduli. Yang penting gue bisa nyelesain tugas ini dan bisa berduaan dengan lo," "Hah?? Apa lo bilang?" tanya Keysa. "Ah... Eng... Nggak kok Key. Gue gak peduli temen-temen mau ngomong apa, yang penting elo mau bantu ngerjain tugas ini. Nih elo kerjain gih..." kata gue ngeles sambil menyodorkan lembar soal pada Keysa. "Yah... Ini mah gampang banget. Masa soal kayak gini aja elo gak bisa ngerjain? Payah lo, Yo!" kata Keysa santai sambil ngeremehin gue. "Gue kan gak bakat di bidang Kimia, Key. Maklumlah..." jawab gue. Seketika jari-jari indah Keysa memainkan bolpoin atas kertas oret-oretan gue sambil ngasih penjelasan sama gue. Gue gak ngerti apa yang diucapkannya, gue hanya memperhatikan wajahnya yang mempesona banget. Ternyata, di balik kecuekan dan kejaiman dirinya, inner beauty cewek ini keluar. Oh My God, i really love her!!! "Nah ini dia hasil akhirnya 85, Yo." kata Keysa sambil melihat ke arah gue. "Yo, elo mikirin apa sih?" sambungnya. "Ah nggak kok gak mikirin apa-apa. Udah selesai?" tanya gue. "Ya udah nih," jawabnya sambil menyodorkan lembar jawaban. "Thanks ya Key. Oya, by the way, ntar pulang sekolah elo mau gak makan siang bareng gue?" gue menawarkan diri. "Gue gak bisa Yo. Lain kali aja ya," jawab Keysa. "Kenapa elo gak bisa? Ayo dong..." rayu gue. "Yo, please jangan paksa gue! Gue beneran gak bisa!" jawab Keysa tegas lalu beranjak dari bangku dan pergi ninggalin gue. Aneh banget tuh cewek baru 3 menit 4 detik yang lalu friendly sama gue, sekarang udah kumat penyakit "sengak"nya. Dasar tuh cewek bener-bener aneh!!!

***

Ting... Nong!!! Bel pulang sekolah berbunyi. Kontan seantero murid keluar meninggalkan kelas masing-masing. Saat itu juga gue bergegas keluar kelas dan berlari kecil menuju tempatparkir. Beberapa menit kemudian gue udah ada di atas motor gue. Gue udah gak sabar buat ngajakin Keysa makan siang pertama kalinya dengan gue. Lho kok? Ya, gue bisa makan siang bareng Keysa setelah gue maksa Keysa dengan rayuan maut gue. Dan akhirnya gue berhasil ngeluluhin Keysa. Terlihat seorang cewek berambut lurus sebahu lagi berdiri di dekat gerbang sekolah. Keysa. "Key! Ayo naik!" pinta gue sambil mengedikkan kepala ke arah boncengan. Tanpa banyak bicara Keysa langsung naik ke atas motor gue. Gue memacu motor gue ke kafe favorit gue di daerah Dago. Selama di perjalanan, Keysa gak banyak ngomong. Sesekali dia meluk gue erat saat gue memacu motor lebih cepat. 15 menit kemudian gue udah tiba di kafe yang gue tuju. Tempatnya nyaman banget. Sejuk, gak terlalu rame, makanannya enak dan view-nya itu lho bagus banget. Kota Bandung terlihat jelas dari daerah ini. Lagu Ku Ingin Selamanya by Ungu menyambut kedatangan gue dan Keysa di kafe itu. "Wah lagu favorit gue nih!" seru Keysa sambil tersenyum lalu menghenyakkan tubuhnya di kursi. Ya ampun senyumannya manis banget. "Wah, view-nya bagus banget ya disini! Kota Bandung keliatan banget!" seru Keysa lagi sambil melihat ke arah kota Bandung yang ada di bawah. "Elo sering ke sini?" tanya Keysa semangat. "Yupz, kalo gue lagi suntuk, gue kesini. Lo tau gak? Kalo malem disini indah banget," "Oya! Gue jadi penasaran. Yo, thanks ya udah mo ngajak gue ke sini." kata Keysa sambil tersenyum. Manis. "Sama-sama. Key, gue boleh nanya sesuatu gak?" "Nanya apaan?" "Hmm... Elo udah punya pacar gak?" Wajah Keysa yang semula manis kini berubah sinis, "Kenapa elo nanya gitu? Kayaknya gak penting banget deh," "Gue nanya hal ini karena gue, gue cinta sama lo, Key." ungkap gue jujur. Gue lihat Keysa salah tingkah, "Elo bisa gak ngalihkan pembicaraan?" "Eh, sorry kalo elo gak mau jawab sekarang juga gak papa. By the way, elo suka banget ya sama Ungu?" tanya gue mengalihkan pembicaraan. "Elo tau dari mana?" tanya Keysa sambil mengerutkan keningnya. Heran. "Ada deh mau tau aja lo," jawab gue ngambang. "Iya Yo. Gue suka sama Ungu, apalagi lagu-lagunya menyentuh banget deh."Iya Key, elo bener. Apalagi lagu Cinta Dalam Hati, wuih gue banget tuh. Kalo elo?" "Kalo elo apa?" "Maksud gue, kalo lagu Ungu favorit elo apa?" gue ngejelasin. "Gue suka banget sama Ku Ingin Selamanya. Liriknya dalem banget deh," Tak terasa gue merasa begitu akrab dengan Keysa. Keysa yang di sekolah berbeda banget dengan Keysa yang ada di hadapan gue sekarang. Gue seseolah di hadapkan pada dua insan yang berbeda. Keysa yang sengak dan Keysa yang friendly. Sumpah, gue makin naksir sama cewek yang satu ini. Setelah ngobrolin seputar Ungu, kami sibuk dengan makanan masing-masing. Di tengah-tengah asyiknya makan siang, tiba-tiba Keysa bergegas dari kursi dan pamit ke "belakang". Cewek itu terlihat buru-buru ke "belakang". Gue meneruskan makan siang gue tanpa Keysa. 5 menit . . . 10 menit . . . 15 menit . . . 30 menit . . . Keysa tak kunjung kembali nemuin gue. Awalnya gue gak menaruh kecurigaan padanya. Namun, selama gue nungguin dia, gue jadi penasaran. Jangan-jangan terjadi apa-apa sama Keysa. Gue berjalan menuju toilet. Suasana toilet sepi. Pintu toilet juga gak ada yang tertutup. Ke mana Keysa y?

***

Keesokan harinya . . . Bel istirahat berbunyi. Tadi, selama pelajaran berlangsung gue gak konsentrasi memperhatikan penjelasan pak Putra, guru Matematika. Gue memperhatikan Keysa yang pagi ini keliatan pucat. Bukan cuman itu doang, gue juga udah gregetan pengen tau penyebab kenapa kemarin dia tiba-tiba "menghilang" dari kafe. Dia gak tau apa kalo kemarin gue cemas nyariin dia. Keysa beranjak dari kursi seraya berjalan keluar kelas. Gue buru-buru menghampiri Keysa. "Key, tunggu!" seru gue. Keysa menghentikan langkahnya sambil menoleh ke arah gue, "Ada apa?" "Elo mesti jelasin sama gue kenapa elo ninggalin gue kemarin di kafe. Elo tau gak? Gue cemas nyari elo. Gue khawatir sama elo," cerocos gue. "Hah? Siapa suruh elo nunggu gue? Trus, ngapain juga elo cemas dan khawatir. Kayaknya gak banget deh, elo cemas dan khawatir sama gue?" jawabnya sinis. "Udah deh Key. Gue capek dengan semua ini. Gue gak mau elo ngegantungin perasaan gue. Gue sayang sama elo. Gue cinta sama elo. Gue gak mau kehilangan elo, Key." " . . . " Keysa gak ngejawab. Dia menundukkan kepalanya. "Key, tatap gue!" lanjut gue sambil memegang kedua pipinya dan mengarahkan wajahnya ke arah gue. "Gue akan selalu cinta sama elo, meski elo gak bisa mencintai gue," kata gue blak-blakan. Entahlah gue gak tau apa yang selanjutnya terjadi antara gue dan Keysa. Sekarang, gue udah puas bisa nyatain perasaan gue. "Yo please, tinggalin gue!" pintanya sambil menepis tangan gue yang menyentuh pipinya. Keysa berlalu meninggalkan gue.

***

Udah tiga hari Keysa gak masuk sekolah. Coretan alpha untuknya memenuhi di buku absen. Semua anak sekelas gak ada yang peduli Keysa masuk ato nggak. Satu-satunya orang yang ingin tahu penyebab Keysa gak masuk cuman gue. Hanya gue. Hanya gue yang selalu berharap kehadiran seorang cewek di kelas gue, Keysa. Keysa cewek sengak yang tiba-tiba gak ada kabarnya. Keysa cewek yang mempunyai berjuta karisma yang mampu menggetarkan hati gue untuk mencintainya. Jam pelajaran Bahasa Inggris berlangsung. Pak Setyo sedang sibuk nerangin pelajaran di depan kelas. Makin hari gue makin males ngadepin pelajaran tanpa hadirnya Keysa. Tak lama kemudian seorang cowok, seumuran gue mengetuk pintu kelas. Pak Setyo menemuinya. Setelah berbincang-bincang agak lama, pak Setyo memanggil gue. Ya, gue dipanggil pak Setyo untuk menemui cowok itu. Heran? Siapa ya cowok itu? Gue kan gak kenal sama dia?

***

Jam sebelas siang gue berada di sebuah ruangan rawat inap di salah satu rumah sakit terkenal di Bandung. Gue melihat seorang cewek terbaring lemah. Rambutnya terurai dengan wajah pucat dan mata tertutup. Jarum-jarum infus tertanam di tangannya. Oh My God! Keysa.... Kasihan banget dia. Gue duduk di sebelah ranjang Keysa. Gue menggenggam tangannya yang halus. Gue memandanginya. Dalam. Tak terasa titik air mata tumpah di pelupuk mata gue. Apa yang sedang terjadi dengan Keysa?

***

Ku ingin selamanya Mencintai dirimu
Sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
Ku ingin selamanya Ada di sampingmu Menyayangi dirimu
Sampai waktu kan memanggilku . . .

View di :

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS